KASIH
= UNIVERSAL
Bhante
Win Vijjano (1923-2006) adalah seorang bhante asal Thailand yang datang ke
Indonesia dalam misi Dhamma Duta
Thailand di Indonesia (misi mengembangkan agama Buddha). Saat tiba di
Jakarta, Bhante Win langsung belajar bahasa Indonesia, kata demi kata. Ini sebagai upayanya untuk
berkomunikasi dengan umat agar lebih mengerti Ajaran Sang Buddha . Meskipun
memiliki keterbatasan kosa kata, dia tidak ragu-ragu memberikan Dhammadesana
dalam bahasa Indonesia. Adakalanya hal itu mengundang gelak tawa umat yang
mendengar Dhammadesana karena salah penyebutan. Tetapi Bhante Win tidak malu
dan dengan sabar terus belajar agar dapat sepenuhnya menguasai bahasa
Indonesia. Ia sering melakukan perjalanan ke Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah. Kadang kegiatan itu dilakukan
sampai malam hari. Bhante Win selalu bekerja keras agar umat Buddha mengerti
Dhamma. Tak hanya sebatas Jawa, Bhante Win juga pergi ke seluruh Nusantara.
Segala tugas itu diembannya dengan senang hati, tanpa keluhan disertai dengan
senyuman khas pribadi sederhana ini. Di manapun Bhante Win bertemu umat, ia
selalu menunjukkan sikap gembira dan hormat.
Tak hanya mengajar,
Bhante Win juga menjadi penasihat dalam organisasi Buddha dan pelopor
pembangunan vihara baru di Indonesia. Beliau juga turun tangan dalam bencana
banjir tahun 2002 . Tanpa dorongan dari pihak mana pun Bhante Win beserta
para relawan membagikan nasi bungkus kepada setiap korban banjir secara
langsung dengan perahu karet. Setiap bungkus ia berikan dengan senyuman
dan tak mengenal lelah. Pada tahun 2004 saat penanggulangan bencana Tsunami
di Aceh, beliau juga setia memotivasi relawan WALUBI yang membantu korban di
Aceh. Bhante Win selalu menguatkan agar para relawan tetap sehat dan bahwa
kerja mereka bagus sekali dalam membantu korban.
Pada tahun 2004,
stamina Bhante Win mulai menurun. Walau begitu ia tetap memberikan ceramah
dan mengecek kebersihan vihara secara rutin. Akhir 2005 meski dalam kondisi
sakit, Bhante Win beserta tim justru berziarah ke tanah suci Buddha, Taman
Lumbhini, Nepal. Keceriaan dan semangat membuatnya dapat tetap berdiri,
bahkan menjadi pemimpin doa selama ziarah tersebut berlangsung. Pada tahun
2006 kondisi beliau memburuk hingga 6 Mei 2006, Bhante Win menghembuskan
nafas terakhirnya.Sikap Bhante Win yang tenang dan penuh dengan cinta kasih
membuat saya kagum. Kegigihannya dalam mengembangkan agama Buddha di
Indonesia mencerminkan tekad dan disiplin yang kuat dalam mengemban tugasnya.
Walaupun ia berasal dari Thailand, Bhante tidak membeda-bedakan dan menjadi
malas. Sebaliknya, Beliau begitu ingin dhamma dapat tersampaikan dengan baik
kepada setiap orang yang mendengarnya. Hal ini dibuktikan dalam keiinginannya
yang begitu kuat untuk belajar Bahasa Indonesia. Padahal belajar suatu bahasa
bukanlah perkara mudah. Apalagi saat penerapan Bhante Win kerap ditertawakan
karena salah pelafalan. Hal ini tidak menghentikan semangat Bhante Win. Ia
justru tersenyum dan terus belajar, sedikit demi sedikit. Hingga pada
akhirnya ia dapat berkomunikasi secara lancer dengan masyarakat.
Hal ini
menginspirasi saya, karena tak banyak orang yang begitu gigih dalam
profesinya, apalagi profesi sosial. Di luar tanah airnya pula. Biasanya orang
cenderung malas dan ogah-ogahan, tetapi dari kisah Bhante Win, saya belajar
dan saya merasa malu dengan diri saya sendiri. Betapa saya mudah terjerat
rasa malas dan segan, disaat orang lain berjuang keras bahkan bukan untuk
kepentingan dirinya sendiri. Disaat menghadapi tugas dan ulangan, saya tak
jarang mengeluh dan hanya menyalahkan keadaan. Kegigihan Bhante Win telah
menyadarkan saya. Seseorang, dengan tujuan yang begitu mulia, dan bahkan
tujuan tersebut bukan bagi bangsanya sendiri, ia dengan penuh semangat dan
tanpa pamrih melakukan tugasnya. Cinta kasih Bhante lebih luas daripada nafsu
duniawinya. Itulah yang menyebabkan bhante tak memandang bulu dalam mengajar
dan memberi pertolongan. Seperti peristiwa banjir dan tsunami, Bhante dengan
sigap tanpa dorongan dari pihak apapun langsung membentuk tim dan melakukan
aksi nyata seperti membagikan pangan dan dorongan moral. Setiap bungkus nasi
bhante bagikan dengan senyuman disertai kata-kata yang menenangkan korban.
Betapa Bhante Win
telah mengajarkan cinta kasih yang begitu tulus, begitu welas asih. Kasih
yang bersifat universal, tidak membedakan apapun. Kasih yang ikhlas. Kasih
yang damai
|
|
|||
|
|
|
||
|
|
|
||
Kamis, 29 Oktober 2015
Bhante Win Vijjano
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar