Laporan
Praktikum
I.
Tujuan
Untuk
mengetahui berat dan tinggi badan,
denyut jantung, tekanan darah, dan golongan darah masing-masing anak.
II.
Landasan Teori
a)
Denyut
Nadi
Pemeriksaan
denyut nadi dilakukan dengan meraba dinding pembuluh darah arteri saat terjadi
aliran darah akibat kontraksi jantung. Lokasi pemeriksaan dapat dilakukan pada
beberapa titik, antara lain: denyut arteri radialis pada pergelangan tangan,
arteri karotis pada leher, arteri brakialis pada lengan atas, arteri popliteal
pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis, dan arteri tibialis posterior pada
kaki. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan langsung dengan meraba
bagian-bagian tersebut atau juga dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Usia, jenis kelamin, dan beberapa factor lain mempengaruhi frekuensi denyut
nadi seseorang. Berikut ini adalah frekuensi denyut nadi normal berdasarkan
faktor umur:
Umur
|
Rentang
Normal Deyut Nadi per menit
|
Rata-rata
|
0 bulan (bayi baru lahir)
|
120-160
|
140
|
1-12 bulan
|
80-140
|
120
|
1-2 tahun
|
80-130
|
110
|
3-6 tahun
|
75-120
|
100
|
7-12 tahun
|
75-110
|
95
|
Remaja
|
60-100
|
80
|
Dewasa
|
60-100
|
80
|
Faktor yang mempengaruhi denyut
nadi:
Usia
Berbanding terbalik dengan usia.
Peningkatan usia menyebabkan frekuensi denyut nadi berangsur-angsur menurun
Jenis
kelamin
Perempuan cenderung memliki
denyut nadi sedikit lebih tinggi daripada laki-laki.
Aktivitas
Saat beraktivitas, denyut nadi
seseorang akan meningkat dan kembali menurun ketika ia beristirahat
Irama
sirkadian
Rata-rata frekuensi denyut nadi
menurun pada pagi hari dan meningkat pada saing atau sore hari.
Bentuk
tubuh
Semakin berat tubuh seseorang
semakin tinggi denyut nadinya
Stress
(emosi)
Saat seseorang sedang emosi
seperti cemas, takut, marah, dan gembira dapat meningkatkan denyut nadi.
Volume
darah
Kehilangan darah yang berlebihan
akan menyebabkan peningkatan denyut nadi
Suhu
tubuh
Setiap peningkatan 1oC
menyebabkan frekuensi denyut nadi meningkat 15 kali/menit. Sebaliknya, jika
terjadi penurunan suhu tubuh, frekuensi denyut nadi akan menurun.
Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat
meningkatkan atau menurunkan denyut nadi dan kontraksi jantung. Contoh yang
dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi: kafein, nikotin, kokain, hormone
tiroid, dan adrenalin.
b)
Tekanan
Darah
Tekanan
darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup, yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Alat
untuk mengukur tekanan darah yaitu tensimeter/sfigmomanometer dan stetoskop.
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan stetoskop pada arteri brakialis di
lekuk siku yang dapat teraba dengan jelas. Tekanan darah pada dinding pembuluh
ini berubah-ubah pada setiap siklus sirkulasi. Saat ventrikel kiri memompa
darah masuk ke aorta, tekanan naik sampai puncaknya (sistole). Kemudian tekanan menurun sampai titik terendah (diastole). Jadi tekanan sistole
merupakan angka yang menunjukan tekanan darah ketika jantung berkontraksi
untuk memompa darah ke arteri dan nadi. Sebaliknya, tekanan diastole adalah
angka yang menunjukan tekanan darah ketika jantung relaksasi/tekanan
darah balik dari arteri dan nadi ke jantung. Secara normal, tekanan sistole
sebesar 120 mmHg dan tekanan diastole sebesar 80 mmHg. Tekanan ini dapat
berubah-ubah sesuai dengan keadaan kesehatan seseorang, seperti usia dan
penyakit.
c)
Golongan
Darah
Golongan
darah adalah klasifikasi darah seseorang berdasarkan ada tidaknya zat antigen
warisan pada permukaan membrane sel darah merah. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah tersebut. Antigen dapat berupa protein, polisakarida atau molekul
lainnya, yang dapat merangsang tubuh untuk menghasilkan antibody dalam plasma
darah. Reaksi antigen dengan antibodi dapat menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut juga aglutinogen,
sedangkan antibody disebut juga aglutinin. Antigen yang sangat dikenal yaitu
antigen ABO dan Rh (rhesus). Penyebaran golongan darah di dunia bervariasi,
bergantung pada populasi atau ras, misal sekitar 40-45% bangsa Eropa memiliki
golongan darah Rh- sedangkan bangsa Indonesia hampir 100% memliki Rh+.
?
Penggolongan
Darah Sistem ABO
Pertama kali ditemukan oleh
ilmuwan Austria bernama Karl Landsteiner tahun 1930. Penggolongan darah system
ABO dibagi berdasarkan ada tidaknya antigen (aglutinogen) tipe A dan tipe B
pada membrane eritrosit, serta antibody (agglutinin) tipe α (anti-A) dan tipe (anti-B) di
plasma darahnya.
Berikut
adalah golongan darah system ABO
Jenis Golongan
Darah
|
Unsur Pada Membran Eritrosit
|
Unsur Dalam Plasma Darah
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
|
A
|
A
|
(anti B)
|
B
|
B
|
α(anti
A)
|
AB
|
A
dan B
|
-
|
O
|
-
|
(anti A) dan (anti B)
|
?
Penggolongan
Darah Sistem Rhesus
Penggolongan darah system ini
ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 setelah melakukan
riset dengan darah kera rhesus (Macaca
mulatta), spesies kera yang banyak dijumpai di China dan India.
Penggolongan darah system rhesus dibagi berdasarkan ada tidaknya aglutinogen
RhD pada membrane eritrosit. Aglutinogen/antigen RhD berperan dalam reaksi
imunitas tubuh. Individu yang memiliki antigen RhD disebut Rh+
(rhesus positif), sedangkan individu yang tidak memiliki antigen RhD disebut Rh-
(rhesus negative). Individu Rh- tidak memiliki agglutinin RhD dalam
plasma darahnya, namun akan membentuk agglutinin anti-RhD jika bertemu Rh+
(mengandung antigen RhD).
Jenis Golongan Darah
|
Unsur Pada Membrane Eritrosit
|
Unsur Dalam Plasma Darah
|
Antigen
|
Aglutinin
|
|
Rh+
|
RhD
|
-
|
Rh-
|
-
|
-
(akan membentuk anti-RhD apabila bertemu darah Rh+)
|
Pada
uji golongan darah, serum digunakan untuk melihat terjadi atau tidaknya
penggumpalan darah. Untuk penggolongan darah system ABO menggunakan serum
anti-A, anti-B, dan anti-AB. Untuk penggolongan darah system Rhesus (Rh)
menggunakan serum anti-D (anti-Rho).
Jenis
Serum
|
Golongan
Darah
|
||||
Anti-A
|
Anti-B
|
Anti-AB
|
Anti-D
|
ABO
|
Rh
|
+
|
-
|
+
|
+
|
A
|
Rh+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
A
|
Rh-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
B
|
Rh+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
B
|
Rh-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
AB
|
Rh+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
AB
|
Rh-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
O
|
Rh+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
O
|
Rh-
|
III.
Alat dan Bahan
Alat:
-
Timbangan
berat badan
-
Meteran
pengukur tinggi badan
-
Stopwatch
-
Tensimeter
-
Stetoskop
-
Object
glass
-
Kartu
golongan darah
-
Jarum
-
Alat
penusuk jarum
-
Tusuk
gigi
Bahan:
-
Alkohol
-
Kapas
-
Serum
anti-A
-
Serum
anti-B
-
Serum
anti-AB
-
Serum
anti-RhD
IV.
Langkah kerja
v
Tinggi
dan berat badan
1.
Lepas
sepatu dan barang-barang yang sedang di pegang
2.
Naik
ke timbangan, lihat berat badan lalu catat
3.
Kemudian
ukur tinggi badan, lalu catat
v
Denyut
Nadi
1.
Ukur
denyut nadi di pergelangan tangan selama 15 detik sebanyak tiga kali
2.
Berlari-lari
kecil selama 2 menit lalu ukur denyut nadi di pergelangan tangan selama 15
detik sebanyak tiga kali
3.
Hitung
denyut nadi saat keadaan normal dan setelah berlari dengan mengambil rata-rata
dari hasil perhitungan per 15 detik sebanyak 3 kali tadi, lalu hasilnya
dikalian 4.
v
Tekanan
Darah
1.
Ikatkan
tensi meter pada lengan bagian atas temanmu
2.
Letakkan
stetoskop diatas lipatan siku
3.
Pompa
tensimeter sampa suara denyut nadi tidak terdengar lagi (sebelumnya pastikan
pompa tensimeter telah tertutup rapat)
4.
Lalu
secara perlahan buka pompa tensimeter dan amati air raksa hingga terdengar
bunyi denyut nadi yang pertama
5.
Angka
yang ditunjukan pada pengukuran air raksa di tensimeter saat terdengar bunyi
denyut nadi pertama merupakan tekanan systole
6.
Dengarkan
sampai bunyi denyut nadi menghilang perlahan-lahan
7.
Angka
yang ditunjukan pada pengukuran air raksa di tensimeter saat bunyi denyut nadi
menghilang merupakan tekanan diastole.
v
Golongan
darah
1.
Siapkan
jarum, kapas beralkohol, object glass, kartu golongan darah dan serum.
2.
Bersihkan
jarum dan ujung jari dengan kapas beralkohol
3.
Tusuk
ujung jari yang telah dibersihkan hingga darah keluar
4.
Teteskan
darah di object glass secukupnya sebanyak empat tetes di masing-masing tempat
(pastikan terdapat jarak pada setiap tetes)
5.
Tetesi
darah secara berurutan dengan serum anti A, anti B, anti AB, dan serum anti Rh,
lalu dicampur
6.
Apabila
darah ditetesi serum anti A lalu menggumpal berarti golongan darah anda A, jika
ditetesi serum anti Rh darah menggumpal berarti resus anda positif dan begitu
seterusnya
V.
Hasil pengamatan
1)
Data
Diri
Usia
|
16 tahun
|
Jenis Kelamin
|
Perempuan
|
Berat
|
45 kg
|
Tinggi
|
156cm
|
2)
Denyut
Nadi
Pemeriksaan
ke-
|
Denyut
Nadi (per 15 detik)
|
|
Saat
Normal
|
Setelah
Berlari
|
|
I
|
18
|
24
|
II
|
18
|
21
|
III
|
18
|
19
|
Rata-rata
|
18
|
21
|
Hasil
|
72
|
84
|
3)
Tekanan
Darah
Tekanan Sistole
|
Tekanan Diastole
|
115 mmHg
|
70 mmHg
|
4)
Golongan
Darah
Jenis
Serum
|
Golongan
Darah
|
||||
Anti-A
|
Anti-B
|
Anti-AB
|
Anti-D
|
ABO
|
Rh
|
-
|
-
|
-
|
+
|
O
|
Rh+
|
VI.
Analisis
Berdasarkan data diatas, berat
badan dan tinggi saya termasuk dalam batas normal, tekanan darah normal, dan
saya memliki golongan darah O+.
VII.
Kesimpulan
Berdasarkan BMI (Body Mass
Index), berat dan tinggi saya setelah dihitung dengan rumus massa dibagi tinggi
dikuadratkan menghasilkan angka 19,0 yang berarti masih berada dalam batas
normal. Perlu diketahui batas-batas ukuran BMI yaitu 18,5-25 menunjukkan berat
badan optimal, <18,5 menunjukkan kekurangan berat badan, 26-30 menunjukkan
kelebihan berat badan, dan diatas 30 berarti sudah obesitas.
Mengenai denyut nadi, denyut nadi
saya saat tidak melakukan aktivitas dan
sehabis berlari masih termasuk dalam batas normal yaitu 60-100. Namun batas
normal denyut nadi pada setiap orang berbeda-beda misalnya pada atlet dapat
mencapai dibawah 60 kali per menit. Pada waktu melakukan aktivitas seperti berlari denyut nadi ini dapat
meningkat, ini disebabkan pada waktu beraktivitas, tubuh membutuhkan supply
darah lebih banyak, dan karena itu jantung akan memompa darah lebih banyak
pula. Untuk tekanan darah, tekanan sistole saya berada pada angka 115
mmHg, dimana masih termasuk rentang normal yaitu 100-120 mmHg, tekanan diastole
saya berada pada angka 70mmHg yang termasuk rentang normal. Golongan darah
dapat diketahui melalui tes golongan darah. Golongan darah tidak dapat berubah
kecuali kita merubah pola makan dengan sangat ekstrem. Untuk rhesus sendiri,
jarang sekali ada yang berubah. Di Indonesia sendiri, penduduknya umumnya
berrhesus positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar