Kamis, 29 Oktober 2015

Frekuensi Denyut Jantung

Laporan Praktikum

I.                   Tujuan
Untuk mengetahui berat dan tinggi  badan, denyut jantung, tekanan darah, dan golongan darah masing-masing anak.

II.                Landasan Teori
a)         Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi dilakukan dengan meraba dinding pembuluh darah arteri saat terjadi aliran darah akibat kontraksi jantung. Lokasi pemeriksaan dapat dilakukan pada beberapa titik, antara lain: denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri karotis pada leher, arteri brakialis pada lengan atas, arteri popliteal pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis, dan arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan langsung dengan meraba bagian-bagian tersebut atau juga dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop. Usia, jenis kelamin, dan beberapa factor lain mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang. Berikut ini adalah frekuensi denyut nadi normal berdasarkan faktor umur:
Umur
Rentang Normal Deyut Nadi per menit
Rata-rata
0 bulan (bayi baru lahir)
120-160
140
1-12 bulan
80-140
120
1-2 tahun
80-130
110
3-6 tahun
75-120
100
7-12 tahun
75-110
95
Remaja
60-100
80
Dewasa
60-100
80

Faktor yang mempengaruhi denyut nadi:
š Usia
Berbanding terbalik dengan usia. Peningkatan usia menyebabkan frekuensi denyut nadi berangsur-angsur menurun
š Jenis kelamin
Perempuan cenderung memliki denyut nadi sedikit lebih tinggi daripada laki-laki.
š Aktivitas
Saat beraktivitas, denyut nadi seseorang akan meningkat dan kembali menurun ketika ia beristirahat
š Irama sirkadian
Rata-rata frekuensi denyut nadi menurun pada pagi hari dan meningkat pada saing atau sore hari.
š Bentuk tubuh
Semakin berat tubuh seseorang semakin tinggi denyut nadinya
š Stress (emosi)
Saat seseorang sedang emosi seperti cemas, takut, marah, dan gembira dapat meningkatkan denyut nadi.
š Volume darah
Kehilangan darah yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan denyut nadi
š Suhu tubuh
Setiap peningkatan 1oC menyebabkan frekuensi denyut nadi meningkat 15 kali/menit. Sebaliknya, jika terjadi penurunan suhu tubuh, frekuensi denyut nadi akan menurun.
š Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat meningkatkan atau menurunkan denyut nadi dan kontraksi jantung. Contoh yang dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi: kafein, nikotin, kokain, hormone tiroid, dan adrenalin.

b)      Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup, yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Alat untuk mengukur tekanan darah yaitu tensimeter/sfigmomanometer dan stetoskop. Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan stetoskop pada arteri brakialis di lekuk siku yang dapat teraba dengan jelas. Tekanan darah pada dinding pembuluh ini berubah-ubah pada setiap siklus sirkulasi. Saat ventrikel kiri memompa darah masuk ke aorta, tekanan naik sampai puncaknya (sistole). Kemudian tekanan menurun sampai titik terendah (diastole). Jadi tekanan sistole merupakan angka yang menunjukan tekanan darah ketika jantung berkontraksi untuk memompa darah ke arteri dan nadi. Sebaliknya, tekanan diastole adalah angka yang menunjukan tekanan darah ketika jantung relaksasi/tekanan darah balik dari arteri dan nadi ke jantung. Secara normal, tekanan sistole sebesar 120 mmHg dan tekanan diastole sebesar 80 mmHg. Tekanan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan kesehatan seseorang, seperti usia dan penyakit.

c)      Golongan Darah
Golongan darah adalah klasifikasi darah seseorang berdasarkan ada tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membrane sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Antigen dapat berupa protein, polisakarida atau molekul lainnya, yang dapat merangsang tubuh untuk menghasilkan antibody dalam plasma darah. Reaksi antigen dengan antibodi dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut juga aglutinogen, sedangkan antibody disebut juga aglutinin. Antigen yang sangat dikenal yaitu antigen ABO dan Rh (rhesus). Penyebaran golongan darah di dunia bervariasi, bergantung pada populasi atau ras, misal sekitar 40-45% bangsa Eropa memiliki golongan darah Rh- sedangkan bangsa Indonesia hampir 100% memliki Rh+.
? Penggolongan Darah Sistem ABO
Pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Austria bernama Karl Landsteiner tahun 1930. Penggolongan darah system ABO dibagi berdasarkan ada tidaknya antigen (aglutinogen) tipe A dan tipe B pada membrane eritrosit, serta antibody (agglutinin) tipe α (anti-A) dan tipe  (anti-B) di plasma darahnya.
Berikut adalah golongan darah system ABO
Jenis Golongan
Darah
Unsur Pada Membran Eritrosit
Unsur Dalam Plasma Darah
Aglutinogen
Aglutinin
A
A
(anti B)
B
B
α(anti A)
AB
A dan B
-
O
-
(anti A) dan (anti B)



? Penggolongan Darah Sistem Rhesus
Penggolongan darah system ini ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 setelah melakukan riset dengan darah kera rhesus (Macaca mulatta), spesies kera yang banyak dijumpai di China dan India. Penggolongan darah system rhesus dibagi berdasarkan ada tidaknya aglutinogen RhD pada membrane eritrosit. Aglutinogen/antigen RhD berperan dalam reaksi imunitas tubuh. Individu yang memiliki antigen RhD disebut Rh+ (rhesus positif), sedangkan individu yang tidak memiliki antigen RhD disebut Rh- (rhesus negative). Individu Rh- tidak memiliki agglutinin RhD dalam plasma darahnya, namun akan membentuk agglutinin anti-RhD jika bertemu Rh+ (mengandung antigen RhD).
Jenis Golongan Darah
Unsur Pada Membrane Eritrosit
Unsur Dalam Plasma Darah
Antigen
Aglutinin
Rh+
RhD
-
Rh-
-
- (akan membentuk anti-RhD apabila bertemu darah Rh+)

Pada uji golongan darah, serum digunakan untuk melihat terjadi atau tidaknya penggumpalan darah. Untuk penggolongan darah system ABO menggunakan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Untuk penggolongan darah system Rhesus (Rh) menggunakan serum anti-D (anti-Rho).
Jenis Serum
Golongan Darah
Anti-A
Anti-B
Anti-AB
Anti-D
ABO
Rh
+
-
+
+
A
Rh+
+
-
+
-
A
Rh-
-
+
+
+
B
Rh+
-
+
+
-
B
Rh-
+
+
+
+
AB
Rh+
+
+
+
-
AB
Rh-
-
-
-
+
O
Rh+
-
-
-
-
O
Rh-

III.             Alat dan Bahan
Alat:
-          Timbangan berat badan
-          Meteran pengukur tinggi badan
-          Stopwatch
-          Tensimeter
-          Stetoskop
-          Object glass
-          Kartu golongan darah
-          Jarum
-          Alat penusuk jarum
-          Tusuk gigi

Bahan:
-          Alkohol
-          Kapas
-          Serum anti-A
-          Serum anti-B
-          Serum anti-AB
-          Serum anti-RhD

IV.              Langkah kerja
v  Tinggi dan berat badan
1.      Lepas sepatu dan barang-barang yang sedang di pegang
2.      Naik ke timbangan, lihat berat badan lalu catat
3.      Kemudian ukur tinggi badan, lalu catat

v  Denyut Nadi
1.      Ukur denyut nadi di pergelangan tangan selama 15 detik sebanyak tiga kali
2.      Berlari-lari kecil selama 2 menit lalu ukur denyut nadi di pergelangan tangan selama 15 detik sebanyak tiga kali
3.      Hitung denyut nadi saat keadaan normal dan setelah berlari dengan mengambil rata-rata dari hasil perhitungan per 15 detik sebanyak 3 kali tadi, lalu hasilnya dikalian 4.

v  Tekanan Darah
1.      Ikatkan tensi meter pada lengan bagian atas temanmu
2.      Letakkan stetoskop diatas lipatan siku
3.      Pompa tensimeter sampa suara denyut nadi tidak terdengar lagi (sebelumnya pastikan pompa tensimeter telah tertutup rapat)
4.      Lalu secara perlahan buka pompa tensimeter dan amati air raksa hingga terdengar bunyi denyut nadi yang pertama
5.      Angka yang ditunjukan pada pengukuran air raksa di tensimeter saat terdengar bunyi denyut nadi pertama merupakan tekanan systole
6.      Dengarkan sampai bunyi denyut nadi menghilang perlahan-lahan
7.      Angka yang ditunjukan pada pengukuran air raksa di tensimeter saat bunyi denyut nadi menghilang merupakan tekanan diastole.


v  Golongan darah
1.      Siapkan jarum, kapas beralkohol, object glass, kartu golongan darah dan serum.
2.      Bersihkan jarum dan ujung jari dengan kapas beralkohol
3.      Tusuk ujung jari yang telah dibersihkan hingga darah keluar
4.      Teteskan darah di object glass secukupnya sebanyak empat tetes di masing-masing tempat (pastikan terdapat jarak pada setiap tetes)
5.      Tetesi darah secara berurutan dengan serum anti A, anti B, anti AB, dan serum anti Rh, lalu dicampur
6.      Apabila darah ditetesi serum anti A lalu menggumpal berarti golongan darah anda A, jika ditetesi serum anti Rh darah menggumpal berarti resus anda positif dan begitu seterusnya

V.                 Hasil pengamatan
1)      Data Diri
Usia
16 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Berat
45 kg
Tinggi
156cm

2)      Denyut Nadi
Pemeriksaan ke-
Denyut Nadi (per 15 detik)
Saat Normal
Setelah Berlari
I
18
24
II
18
21
III
18
19
Rata-rata
18
21
Hasil
72
84

3)      Tekanan Darah
Tekanan Sistole
Tekanan Diastole
115 mmHg
70 mmHg

4)      Golongan Darah
Jenis Serum
Golongan Darah
Anti-A
Anti-B
Anti-AB
Anti-D
ABO
Rh
-
-
-
+
O
Rh+


VI.              Analisis
Berdasarkan data diatas, berat badan dan tinggi saya termasuk dalam batas normal, tekanan darah normal, dan saya memliki golongan darah O+.

VII.           Kesimpulan
Berdasarkan BMI (Body Mass Index), berat dan tinggi saya setelah dihitung dengan rumus massa dibagi tinggi dikuadratkan menghasilkan angka 19,0 yang berarti masih berada dalam batas normal. Perlu diketahui batas-batas ukuran BMI yaitu 18,5-25 menunjukkan berat badan optimal, <18,5 menunjukkan kekurangan berat badan, 26-30 menunjukkan kelebihan berat badan, dan diatas 30 berarti sudah obesitas.
Text Box: Grafik BMI


Mengenai denyut nadi, denyut nadi saya saat tidak melakukan aktivitas  dan sehabis berlari masih termasuk dalam batas normal yaitu 60-100. Namun batas normal denyut nadi pada setiap orang berbeda-beda misalnya pada atlet dapat mencapai dibawah 60 kali per menit. Pada waktu melakukan aktivitas seperti berlari denyut nadi ini dapat meningkat, ini disebabkan pada waktu beraktivitas, tubuh membutuhkan supply darah lebih banyak, dan karena itu jantung akan memompa darah lebih banyak pula. Untuk tekanan darah, tekanan sistole saya berada pada angka 115 mmHg, dimana masih termasuk rentang normal yaitu 100-120 mmHg, tekanan diastole saya berada pada angka 70mmHg yang termasuk rentang normal. Golongan darah dapat diketahui melalui tes golongan darah. Golongan darah tidak dapat berubah kecuali kita merubah pola makan dengan sangat ekstrem. Untuk rhesus sendiri, jarang sekali ada yang berubah. Di Indonesia sendiri, penduduknya umumnya berrhesus positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar